Rabu, 22 Mei 2013

GAYA MENGAJAR DIREKSI PT TAMAN WISATA BOROBUDUR DI SMA MARSUDIRINI MUNTILAN

Tidak seperti biasa hari itu, Senin 20 Mei 2013 bertepatan dengan peringatan Kebangkitan Nasional, SMA Marsudirini Muntilan kedatangan Dirut PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan & Ratu Boko. Beliau adalah bapak Purnomo Siswoprasetjo Tj. Rupanya hari itu semua Direksi  BUMN melaksanakan "Gerakan Direksi BUMN Mengajar". Bagaimana gaya mengajarnya?

Keluarga SMA Marsudirini Muntilan merasa bangga terpilih menjadi ajang Direktur PT Taman Wisata Borobudur untuk mengajar. Mengapa SMA Marsudirini dikunjungi? Ternyata bapak Purnomo adalah salah satu putra Marsudirini. Beliau pernah mencicipi pendidikan di Marsudirini tepatnya di TK/SD Marsudirini Santo Yoseph Muntilan. Beliau ingin berbagi pengalaman dengan rekan muda yaitu anak SMA. Di balik itu juga sekaligus nostalgia karena Beliau orang Muntilan.

Apa yang Beliau sheringkan ternyata merupaka nilai-nilai utama yang mengantarkan kepada kesuksesan seperti sekarang. Salah satu yang Beliau pesankan kepada generasi  muda/siswa SMA Marsudirini adalah "Bersikap keraslah kamu pada dirimu sendiri, maka kehidupan akan lunak kepadamu dan Bila kamu lunak pada dirimu sendiri, maka kehidupan akan keras kepadamu". Nilai inilah yang mengatar Beliau jadi orang sukses. Pengalaman Beliau dari kecil yang sudah mau kerja keras membantu orang tua di sela-sela kegiatan sekolah. Demikian pula ketika kuliah Beliau memilih kuliah malam hari, pagi kerja keras membantu orang tua dan juga bekerja di instansi lain. Beliau mau mengerjakan apa saja dengan baik dan jujur sehingga kariernya menanjak karena bisa dipercaya.

Bagi Marsudirini semangat "keras terhadap diri sendiri dan lunak kepada orang lain dan kehidupan" merupakan nilai keutamaan dari spiritualitas pelindung Marsudirini yaitu Santo Fransiskus Asisi.Keutamaan ini mestinya diaktualkan oleh seluruh warga Marsudirini sebagaimana telah dihayati dan dijalankan oleh bapak Purnomo meskipun tidak lama mengecam pendidikan di Marsudirini.

Nilai ini sempat ditangkap oleh siswa Marsudirini yang dalam kesempatan tanya jawab menanyakan pengalamannya tinggal di asrama yang harus taat dengan peraturan asrama yang ketat. Kalau sudah bisa keras dengan diri sendiri peraturan seketat apapun no problem malah semakin membentuk karakter yang tahan uji tahan banting. Beliau berpesan "kamu harus mempunyai cita-cita dan tahu bagaimana langkah untuk mencapainya dan mau menjalankan serius dengan kerja keras....Kalau kita mulai kendor dengan perjuangan meraih cita-cita.... bacalah biografi ornag-orang sukses. Semua yang sekarang sukses dimulai dari hal sederhana yang dilakukan dengan serius kerja keras dan jujur.

Semoga shering pengalaman dari bapak Purnomo ini menjadi pelajaran berharga yang bisa menginspirai dan memotivasi generasi muda khususnya siswa SMA Marsudirini Muntilan. Ternyata gaya mengajar Dirut PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko ini sungguh mengena bagi keluarga SMA Marsudirini Muntilan yang dibawakan dengan suasana hangat penuh persaudaraan dan keakraban. Terima kasih pak Purnomo atas apa yang dibagikan kepada kami baik ilmu, semangat dan kenang-kenangan lain yang sungguh berarti bagi kami. Anak-anak menjadi merindukan dan mengharapkan ... kapan ya ada lagi kegiatan serupa.... atau nanti 5 atau 10 tahun lagi dari alumni SMA Marsudirini Muntilan yang menjadi orang sukses untuk kemajuan Indonesia tercinta..... Semoga!!!

Berikut beberapa foto secara acak yang bisa menjadi kenangan bersama.


Memberi kenangan
Memberi bantuan 2 buah laptop dan printer

Foto bersama guru
berbagi cendera mata
siswa mejeng bersama
Foto bersama siswa

Pak mau tanya....!
Memperhatikan pak Dirut mengajar

Untung kita bertanya....ada  buahnya!

buku kenangan
pemberian gambar kenangan
tukar cendera mata....

Terima kasih ....
Semua penanya dijawab mantab
Pak Purnomo mengawali berbagi pengalaman



Anu ... pak,  cita-citaku menjadi......

Pinter ya... menjawabnya!!!

mau nanya lagi ya pak.... penasaran je...!
mantab penampilannya














Jumat, 03 Mei 2013

PARTISIPASI KE GEREJA ST. KRISTOFORUS BANYUTEMUMPANG SAWANGAN

SMA Marsudirini Muntilan sebagai sekolah katolik, terpanggil untuk ikut berbagi dan berpartisipasi dalam kegiatan rohani dan sosial di paroki St. Kristoforus Banyutemumpang Sawangan. Kegiatan ini dilaksananakan pada hari Minggu, 21 April 2013 yll.

Kegiatan yang dilakukan oleh SMA Marsudirini Muntilan ada 3 macam:
1. Sumbangan Koor dan Lektor, Mazmur dalam Misa Mingguan, Minggu 21 April 2013
2. Cek Golongan Darah dan Tensi bagi umat yang membutuhkan, khususnya siswa SD dan SMP.
3. Sosialisasi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sampah.

Kegiatran tersebut dapat dilihat pada foto berikut ini:

Beberapa gambar ketika menyumbangkan paduan suara






Siap untuk menyanyi....





Dirigen sudah siap untuk memimpin                                                                                 Tuhan kasianilah kami..........








Maaf Bunda Maria, kami numpang mejeng....









Ya, itulah sedikit foto ketika bertugas di gereja. Menyumbangkan koor sekalipun suara kami belum semerdu paduan suara para Malaekat surga, tetapi hanya ini Tuhan suaraku yang terbaik untuk mengantar umat-Mu dalam bersembah sujud kepada-Mu. Demikian pula sebagai lektor dan pemazmur yang menyuarakan sabda-Mu untuk santapan rohani umat-Mu. Hanya ini Tuhan persembahanku...... terimalah.....!

Usai misa kudus dilanjutkan kegiatan sosial yaitu mengecek tensi bagi umat yang membutuhkan. Juga cek darah untuk mengetahui golongan darah khususnya bagi anak-anak seusia siswa SD dan SMP.
Berikut beberapa foto pelayanan siswa kelas XI IPA SMA Marsudirini Muntilan dalam cek tensi dan golongan darah sebagai salah satu pengetrapan mapel Biologi:


persiapan alat....






Cek Tensi.... Tenang pak Wasit..... normal kok tensinya...!
                                                                             
                                                                apa golongan darahku..., bukan darah ku.... to bu...!

Berikut ini lain lagi, karena yang tampil salah satu guru SMA Marsudirini. Siapa dia? Bu Rini yang lengkapnya Ignatia Rini Purwati, S.Pd guru pengampu Biologi. Kali ini bukan memberi pelajaran biologi tetapi sosialisasi pemanfaatan dan pengelolaan sampah. Kalau dikelola dan di manfaatkan dengan benar ternyata sampah bukan  masalah tetapi berkah. Banyak orang bisa hidup dari sampah. Bu Rini termasuk penggerak pengelolaan sampah baik di sekolah maupun di rumahnya perumahan Wonolelo Muntilan. Ia bahkan sering dijuluki "Bu Sampah" nama yang kedengarannya negatif, seharusnya dibaca:" Bu Berkah karena Sampah."  Beliaunya berbagi pengalaman bergaul dengan sampah yang sungguh bisa menjadi berkah. Paguyuban Ibu-ibu Cicilia paroki St. Kristoforus tertarik dengan pengelolaan sampah ini, terlebih ketika disebutkan daftar harga sampah yang telah dipilah-pilah. Lumayan..... sudah ada bank sampah? Nabung sampah berbuah duit. itulah berkah. 


Berikut foto ketika sosialialisasi dan cara membuat komposter...! 





Sr. M. Rosalia OSF, kepala SMA Marsudirini ketika kula nuwun mengenalkan SMA Marsudirini Muntilan dalam mimbar gereja. 

Terima kasih...!

Selasa, 23 April 2013

UJIAN NASIONAL SMA 2013

Ujian Nasional jenjang SMA sudah terlaksana minggu yang lalu, tepatnya mulai Senin 15 - 18 April 2013. Kebetulan di sekolah kami dan kab. Magelang pada umumnya UN berjalan relatif lancar sesuai dengan jadwal dan tidak mengalami penundaan seperti di 11 provinsi yang lain.

Ujian kali ini terdiri dari 20 paket sehingga setiap siswa mengerjakan soal yang berbeda. Dalam pelaksanaan tidak banyak kendala, lancar kecuali hari pertama yang masih ragu-ragu tentang administrasi yang harus dikerjakan oleh pengawas ruang. Antara lain bahwa setiap mapel pengawas harus menuliskan pakta intergritas yang harus dimasukkan dalam amplop LJUN selain daftar hadir dan berita acara. Kebingungannya antara lain ada pengawas yang menanyakan kepada panitia bahwa berita acaranya tidak ada sementara daftar hadir ada 3 lembar. E ternyata lembar berita acara dan daftar hadir peserta dan pakta integritas dibuat dalam satu lembar kertas bolak-balik. Wah..... ini sungguh pengiritan kertas. Ada juga yang mencari dimana lak atau segelnya, ternyata sudah ada di dalam amplop. Kebingungan ini sangat dipahami panitia karena memang yang disosialisasi tidak sama dengan  realitasnya. Hari-hari selanjutnya sudah biasa lancar.

Pengamanan naskah soal memang bagus, selain dibungkus plastik masih diberi kardus pembungkus yang baik untuk setiap sekolah.  soal-soalnya juga bagus agak sukar. Cuma kertas LJUN nya agak tipis sama dengan kertas soal. Sebaiknya berita acara dan daftar hadir kalau hanya satu halaman  dikecilkan sehingga terlihat dalam satu halaman kanan dan kiri tidak bolak-balik. Ada yang dibuat ngirit tetapi ada juga yang tambah biaya seperti bungkus pengaman. Baiknya  LJUNnya yang dibuat bagus supaya tidak mudah rusak dan mudah dipindai.

Di media ramai sekali komentar soal UN. Pro dan kontra perlu tidaknya UN untuk ke depannya. Pakar-pakar pendidikan umumnya menolak UN sementara pejabat terus menguatkan perlunya UN. Dan pemerintah mempunyai alat pemaksa sehingga selalu menang sehingga UN dilaksanakan sampai hari ini.

Penulis, sebagai seorang guru di sekolah, merasa bahwa sekarang ini kualitas pendidikan semakin turun. Banyak hal yang bagus di atas kertas tetapi merupakan sesuatu yang semu. Kejujuran digembar-gemborkan tetapi ada gerakan yang sistimatis untuk selalu memberikan kepalsuan soal hasil. KKM tinggi, nilai semester dibuat tinggi dst. Kalau jujur disalahkan, kalau tidak jujur dibenarkan tetapi menodai suara hati dan merusak masa depan anak. Suatu dilema yang berkepanjangan. UN menjadi sesuatu yang menyuburkan kecurangan karena sistem yang diberlakukan. katanya untuk pemetaan tetapi nyatanya menjadi vonis yang mematikan. Banyak pihak di luar yang sebenarnya tidak tahu persis kondisi siswa menjadi hakim-hakim pendidikan. Guru dan sekolah semakin tidak dipercaya dalam mendidik putra-putrinya sampai menyatakan keberhasilannya. Seandainya UN ditiadakan dan dikembalikan kepada sekolah dan guru, kecurangan-kecurangan yang merusak karakter bangsa dapat diminimalisir. Ujian tetap diperlukan tetapi modelnya yang diubah. Ujian harus ada tetapi bukan UN. Pemerintah membuat standar dan kisi-kisinya, sementara soal dan pelaksanaan ujian dilaksanakan sepenuhnya oleh sekolah. Kebetulan penulis adalah produk ujian sekolah sejak SD hingga SLTA. Semoga ada perubahan mendasar tentang Ujian di masa mendatang.